(Seri diskusi Mingguan, 22 Oktober 2021)
Guru-guru Sekolah Alternatif
Seksisme adalah pandangan seksual seseorang/prasangka diskriminatif berdasarkan jenis kelamin atau orientasi seseorang atau kelompok. Era kepitalisme (baca: revolusi Industri) sejak bayi lahir berdasarkan jenis kelamin; perempuan atau laki-laki. Identifikasi bayi atau manusia berdasarkan jenis kelamin akan tumbuh besar dalam lingkungan yang mengidentifikasi kerja-kerja berdasarkan jenis kelamin. Identifikasi ini membatasi perkembangan kerja antara perempuan dan laki-laki tanpa memandang kemampuannya. Misalnya Perempuan dikontruksikan bekerja di ranah domestik (memasak, cuci, mengatur keuangan, dsb) sedangkan laki-laki bekerja di ranah publik (memimpin, dsb). Pandangan ini tumbuh di pinggiran kota dan didukung oleh negara melalui sistem pendidikan formal.Sistem pendidikan formal melalui Lembar Kerja Siswa (LKS), atau kurikulum di sekolah Indonesia secara diskriminatif berdasarkan jenis kelamin. Hal itu dikontruksikan sejak SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Penting bagi dunia pendidikan untuk memberikan materi melawan seksisme. Contohnya: perlu ada pendidikan gender dan sejarah manusia secara utuh, sehingga peserta didik dapat memahami perbedaan gender dan kodrat antara laki-laki dan perempuan serta orientasi seksual.
Dampak pendidikan Indonesia di Papua juga turut menyebabkan seksisme yang kronis. Perempuan memiliki batasan kerja yang diatur oleh negara, dan laki-laki memiliki persyaratan kerja yang diatur juga oleh negara. Pandangan ini tidak terlepas dari keuntungan keuntungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan merampas tanah, menghancurkan sistem suku, dan memperkerjakan manusia dengan upah yang murah. Pandangan masa lalu suku di Papua, bahwa Papua merupakan tanah yang luas harus melahirkan anak untuk menjaga marga laki-laki, akan bertentangan dengan kondisi 2021 dimana tanah dirampas untuk kepentingan ekploitasi sumber daya alam. Peran laki-laki yang berburu juga terhambat karena perampasan tanah menyebabkan ekosistem alam terganggu, sehingga laki-laki akan kesulitan mendapatkan makanan.
Hal ini juga dikontruksikan dengan tata cara berpakaian di sekolah, misalnya perempuan harus memakai celana rok sedangkan laki-laki celana, lalu standar ini juga dijadikan komoditas baru di masyarakat untuk hal maka, setiap orang harus memiliki seragam sehingga pabrik akan memproduksi seragam dan dijual kepada mereka. syarakat. Pabrik-pabrik yang memproduksi pakaian terletak di pulau Jawa sehingga yang dijual di Papua harganya lebih mahal. Kapitalisme juga membatasi ilmu pengetahuan dimana anak-anak disekolah memakai seragam namun tidak pernah diajarkan pengetahuan membuat seragam dsb. Pendidikan di Indonesia tanpa agar rakyat menjadi konsumen tanpa melibatkan rakyat dalam memahami proses produksi. Sistem ini juga oleh negara dan kapital atau pemodal.
Seksisme juga tumbuh subur di Papua, akibat perubahan struktur masyarakat dalam konteks pengebaran agama, penyebaran kekuasaan negara Indonesia dan penanaman modal. Agama memiliki peran penting dalam proses pembangunan kesadaran masa di Papua. Beberapa dominasi gereja, maupun masjid memiliki lembaga-lembaga pendidikannya sendiri. Lembaga pendidikan tersebut dengan mudah mereproduksi pemahaman-pemahaman yang didasarkan pada keyakian dari agama tersebut. Ketika kekuatan rakyat terpisah-pisah dalam gagasan/ide agama yang berbeda, memungkinkan perbedaan yang dapat meciptakan konflik horizontal. Negara juga menyediakan lembaga-lembaga pendidikan namun terbatas, sehingga membuka peluang bagi swasta (kapital) untuk membuka lembaga pendidikan. Ketiga kekuatan besar ini membentuk pemahaman yang berbeda dalam masyarakat. Sehingga tanpa ada pendidikan kritis dalam yang menjadi alternatif, maka hegemoni kesadaran dan kesadaran akan terus diproduksi oleh tiga kekuatan ini. Seksime juga dilakukan negara melalui militer Indonesia. Tidak sedikit perempuan di Papua diperkosa oleh anggota TNI/Porli dalam menjalankan tugas di daerah (Nonton: Papuan Voices, Surat cinta kepada sang prada) . Perempuan dijadikan sasaran rekreasi seksual kemudian ditinggalkan, jika perempuan memiliki anak, tidak sedikit perempuan yang didiskriminasi dalam lingkungan karena tidak memiliki suami, atau kemiskinan. Suara Papua, Surat cinta kepada sang prada) . Perempuan dijadikan sasaran rekreasi seksual kemudian ditinggalkan, jika perempuan memiliki anak, tidak sedikit perempuan yang didiskriminasi dalam lingkungan karena tidak memiliki suami, atau kemiskinan. Suara Papua, Surat cinta kepada sang prada) . Perempuan dijadikan sasaran rekreasi seksual kemudian ditinggalkan, jika perempuan memiliki anak, tidak sedikit perempuan yang didiskriminasi dalam lingkungan karena tidak memiliki suami, atau kemiskinan.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan kritis?
Pendidikan kritis yang dimaksud adalah sistem alternatif yang dibangun oleh rakyat. Sistem ini harus berpadu pada kesadaran rakyat untuk mengaktifkan, menghentikan perampasan lahan yang dilakukan oleh rasisme dan seksisme, mengaktifkan privatisasi dan teknologi, kesadaran yang diambil dari yang dibangun oleh kapitalisme. Rakyat harus mampu mengkritisi segala bentuk kebijakan maupun kondisi sosial yang mengarahkan rakyat pada pola hidup individualistik. Sistem pendidikan yang tidak bergantung pada kapitalisme maupun intervensi negara. Rakyat harus mampu membuat ruang-ruang kolektif untuk bertahan hidup di tengah kejatahanan penjajahan di Papua.
Rakyat di Papua harus membicarakan kembali kondisi objektif masyrakat adat yang bergantung pada sistem kolektif, kemudian berdampak pada ketergantungan terhadap alam. Kondisi ini akan membentuk rakyat untuk melawan arus budaya kapitalisme dan kolonialisme sebagai penyakit kronis di Papua.
Seksisme dan Rasisme adalah politik identitas yang menciptakan perpecahan dalam membangun kekuatan bersama sehingga penting rakyat terlibat dalam proses pendidikan kritis. Alternatifnya perlu ada transfer lintas agama, ras, jenis kelamin, usia, dsb. Kemudian bangun sekolah alternatif sebagai bentuk perlawanan terhadap arus hegemoni kapitalisme dan kolonialisme serta militerisme.
Sekolah!!
Gratis, Demokratis, dan Kritis.
Notulensi: Mon Tenouye