Oleh: Winner Kambu
Pulau Papua digambarkan menyerupai burung yang terbang ke arah barat dengan mulut terbuka. Fisiografi pulau ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Kepala Burung, Leher, Badan, dan Ekor Burung (Sapiie dan Cloos, 2004). JSNNG merupakan Jalur Sesar Naik New Guinea yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan Badan Burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus ke arah barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT).
1.1 Fisiografi Regional
Secara fisiografi,Kabupten Jayawijaya dan Kabupaten Puncak terletak di bagian Badan burung. Secara regional, geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Timika yang merupakan bagian dari badan burung Papua. Bagian Badan didominasi oleh zona dengan arah barat baratlaut-timur tenggara. Dataran rendah dan perbukitan yang dibentuk oleh zona depresi Memberamo-Bewani yang bertepatan dengan bagian sabuk pantai utara bagian Badan. Di bagian tengah dan menjadi zona utama dari bagian tengah adalah Pegunungan Tengah (Central Range) dengan dataran tinggi Danau Wissel dan Lembah Baliem. Pada masa kependudukan Belanda, Pegunungan Tengah disebut dengan “Sneeuwgebergte” atau pegunungan salju sebab pada ketinggian 4.300 mdpl terdapat zona dengan iklim bersalju. Rangkaian pegunungan ini disusun oleh gunung Charles Louis-and Weyland di barat dengan ketinggian 3.700 mdpl, ke arah timur barisan Nassau berturut-turut dengan Gunung Idenberg (4.800 mdpl), puncak Cartenz atau Nggapulu (5.030 mdpl), barisan Oranje dengan puncak Wilhelmina (4.750 mdpl) dan puncak Juliana (4.700 mdpl). Bagian utara dari Pegunungan Tengah menunjukkan penurunan ketinggian secara berangsur-angsur ditandai dengan Gunung Doorman (4.050 mdpl) dan Gunung Angemuk (3.950 mdpl). Sedangkan di bagian selatan berhenti secara tiba-tiba membentuk tebing-tebing yang curam yang diinterpretasikan sebagai hasil dari sistem sesar naik.
1.2 Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)
Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan kerak samudera Pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasi dari kerak benua.
Bagian tepi utara Lempeng Australia terbentuk, yang berada di bawah laut Arafura dan meluas ke arah utara merupakan dasar bagian selatan dari Pegunungan Tengah Papua, batuan dasarnya tersusun oleh batuan sedimen paparan berumur Paleozoikum sampai Kuarter Tengah (Dow dan Sukamto, 1984). Dataran Bagian Selatan terdiri dari zona transisi yang tersusun oleh batuan sedimen klastik yang mempunyai ketebalan lebih dari 2 km berumur Eosen sampai Miosen Tengah kemudian di atasnya batugamping berumur Pliosen – Plistosen. Luasan dataran ini sepanjang 300 km. Semakin ke utara dijumpai adanya formasi-formasi batuan yang terlipat kuat dan mengalami pensesaran intensif yang dikenal dengan sebutan New Guinea Mobile Belt. Deformasi yang kuat pada Pegunungan Tengah disebut sebagai Orogenesa Melanesia. Proses orogenesa dimulai pada Miosen Awal hingga Miosen Akhir dan mencapai puncaknya selama Pliosen Akhir hingga Plistosen Awal. Batuan dasar dan sedimen paparan terangkat secara bersamaan sepajang kompleks system struktur yang mengarah ke barat laut. Hal ini menyebabkan sedimen yang ada pada daerah tersebut mengalami persesaran dan terlipatkan dengan kuat pada bagian selatan dari antiklin yang juga mengalami pembalikkan sepanjang struktur utama yang mengalami pergeseran mendatar mengiri (Dow dan Sukamto, 1984). Pada bagian utara dari Mobile Belt New Guinea tersusun oleh batuan vulkanik afanitik. Bagian tepi utara lempeng Australia terbentu selama periode tumbukan kontinen dengan busur kepulauan pada Oligosen. Bagian dari Mobile Belt ini tersusun oleh batuan ultramafik Mesozoikum sampai Tersier dan mendasari batuan intrusi dari Papua Ophiolite Belt dibagian utara yang dibatasi oleh suatu endapan gunungapi bawah laut yang berumur Tersier. Endapan gunungapi bawah laut tersebut dengan sedimen klastik hasil erosi selama pengangkatan Pegunungan Tengah yang diendapkan di cekungan Pantai Utara. Di bagian selatan sabuk ophiolite dibatasi oleh suatu seri dari komplek patahan terbalikkan (overturned) sehingga mengalami pemendekan (shortening) sehingga posisi sabuk ophiolite menjadi lebih dengan sedimen dari jalur Pegunungan Tengah. Pergerakan dari kerak samudera Pasifik sekarang mempunyai batas di sebelah utara pantai Pulau New Guinea. Kemudian diterobos oleh magma yang bersifat calc-alkali berupa stock dan batholith yang menempati sepanjang jalur struktur regional utama selama Kala Pliosen.
JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua. Bantuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar (Reverse Fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal Pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.
Lanscpae Pegunungan Kelabu
Foto diambil pada 3 Agustus 2014, Pukul 15:11:08
Lokasi: Kampung Eromaga, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua
|
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Jogjakarta
References:
Cloos, M., dan Sapiie, B., 2004, Strike-slip faulting in the core of the Central Range of West New Guinea: Ertsberg Mining District, Indonesia: Geological Society of American Bulletin, h.277-292.
Dow, D.B., dan Sukamto, R., 1984, Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate convergence in the Late Tertiary, Tectonophysics, h.107-139.
References:
Cloos, M., dan Sapiie, B., 2004, Strike-slip faulting in the core of the Central Range of West New Guinea: Ertsberg Mining District, Indonesia: Geological Society of American Bulletin, h.277-292.
Dow, D.B., dan Sukamto, R., 1984, Western Irian Jaya: the end-product ofoblique plate convergence in the Late Tertiary, Tectonophysics, h.107-139.