PETISI RAKYAT PAPUA
BULAN MEI BERLAWAN, Menolak Tunduk!
Penangkapan Victor F Yeimo adalah salah satu bukti watak penjajahan Indonesia di Papua yaitu militerisme. Victor Yeimo ditangkap secara paksa pada 09 Mei 2021 (1 tahun lalu) di sekitar Kec, Abepura, Kota Jayapura. Penangkapan tidak ada surat penangkapan dan alasan-alasan dalam perspektif hukum yang jelas, oleh Satgas Nemangkawi. Hasil penyelidikan Victor Yeimo dituduh sebagai aktor intelektual dalam kasus aksi rasisme jilid II, 2019 yang menyebabkan kerusakan material maupun non material. Meskipun telah dilakukan persidangan kasus aksi rasisme lalu beberapa orang telah menjalani proses hukum oleh 7 tapol di Balik Papan, 6 tapol di Jakarta, dan beberapa kota lain seperti di Wamena, Sorong, Fak-fak, dsb pada 2019-2020.
Penangkapan Victor Yeimo tidak terlepas dari keterlibatannya dalam gerakan rakyat untuk memperjuangkan HAM dan demokrasi bagi rakyat tertindas khususnya di Papua. Victor F Yeimo merupakan juru bicara internasional komite nasional Papua Barat (KNPB) dan Petisi Rakyat Papua (PRP) yang dikriminalisasi dengan pasal karet makar, pada 2021.
Mengapa Victor Yeimo ditangkap?
Victor Yeimo adalah sekian dari anak muda yang muncul ke permukaan untuk memperjuangkan hak bersama rakyat tertindas di Papua. Victor melakukan kritikan kepada penjajah dan memberikan penyadaran luas. Ia menegaskan bahwa keterlibatan dalam organisasi/ front/aliansi masyarakat dan terlibat dalam perjuangan akan menggantikan sistem penjajahan (kini). Rakyat harus berdaulat dan menentukan nasib sendiri. Gagasan Victor yang kritis dan melalui praktiknya menjadi ancaman bagi negara Indonesia. Negara Indonesia dengan segala perangkatnya dan kekuasaannya melakukan manipulasi kesadaran bagi masyarakat melalui program Otsus, UP4B, tranmigrasi, dana desa, beras miskin, pemekaran wilayah baru, operasi militer dan CPNS, dsb khusus bagi orang asli Papua. Dibalik program ‘pemberdayaan ini’ ada kepentingan investasi untuk eksploitasi sumber daya alam di Papua. Perusahaan: sawit, pertambangan, jasa, infrastruktur dibangun dengan tujuan ekspansi modal. Sedangkan untuk kependudukan Indonesia di Papua dilakukan pembangunan infrastruktur yang massif agar mempermudah transmigrasi masuk serta pemodal dapat investasi kemudian membayar pajak ke negara. Semua program ini adalah wujud dari sistem penjajahan yang diterapkan Jakarta ke Papua kemudian dasar hukumnya terpadu dalam Otonomi khusus yang dipaksakan pada 21 November 2001, inilah alasan mengapa kita harus menolak Otonomi khusus jilid II.
Operasi militer di Nduga (2018), Intan Jaya (2020), Pegunungan Bintang (2021), Maybrat (2021) yang pengungsian mencapai 67.000 orang menunjukan bahwa watak militer Indonesia menjaga tuan pemodal. Dominasi militerisme di kampus, bagaimana akses masuk-keluar intelegen TNI/PORLI dan Polisi yang menghadang gerak mahasiswa adalah bukti pembungkaman ruang demokrasi. Perampasan lahan oleh perusahaan sawit, perdagangan minuman keras tidak terkontrol, perdagangan sejata yang dilakukan militer kepada masyarakat sipil, pembentukan satgas Nemangkawi kini menjadi satgas Cartenz bukti dominasi penjajahan militeristik. petani dan masyarakat adat diusir dari tanahnya menyebabkan kemiskinan kronis yang semakin meluas. Aksi 10 Mei 2022 di belasan kota diseluruh Indoensia dan Papua, kemudian melakukan penangkapan 7 aktivis memiliki kesamaan pola yang dilakukan terhadap kawan Victor. Victor Yeimo dan beberapa tapol lainnya adalah salah satu diantara kita yang MENOLAK TUNDUK! INGAT …. MENOLAK TUNDUK! Kriminalisasi terhadap rakyat akan terus terjadi selama penjajahan Indonesia masih menancapkan sistemnya di Wilayah Papua. Maka Petisi Rakyat Papua dengan tegas melalui kegiatan ini menuntut:
Bebaskan Victor F Yeimo dan seluruh tapol lainnya yang dikirminalisasi negara tanpa syarat, dan buka ruang demokrasi bagi rakyat papua
Hentikan kriminalisasi terhadap aktivis pro demokrasi.
Tolak pemekaran, Tolak Operasi militer cabut Otsus, dan Hak Menetukan Nasib sendiri bargi Rakyat Papua
Kepada seluruh Rakyat! Rapatkan barisan! Jemput kemenangan kita! Rakyat Bersatu takan bisa dikalahkan!